Dirumahmu aku dapat nomor HPmu
Saat itu rembulan bersinar dengan terang, waktu menunjukan pukul 19.30 PM dari jam tanganku. Tanpa berpikir panjang dan berlama-lama, kaki ini melangkah dengan terburu-buru. Tak ada suara gesekan sandal dan tanah yang terdengar, hanya ada suara jantungku saja yang sedari tadi berdetak kencang seperti seseorang yang dikejar sesuatu hal yang menakutkan.

Kegugupanku mulai terasa ketika mendekati rumah seseorang yang dituju. Keringat dingin menambah suasana sunyi malam itu, karena jarang sekali rumahnya dilalui orang. Berada diujung kampung mana ada yang mau lewat.

Tujuanku adalah kerumah seorang Ibu. Kami mempunyai janji, dia meminta tolong kepadaku untuk membantu membenarkan komputer dirumahnya. Dia mempunyai seorang anak wanita yang berumur berbeda satu tahun denganku, sama-sama sudah berumur dewasa, merupakan seorang mahasiswa salah satu kampus negeri.

Aku menyukainya sebagai laki-laki kepada seorang perempuan, semuanya berawal sejak dulu saat dia pertama pindah rumah kekampung halamanku. Kala itu masih duduk dibangku SMA, kami berada di sekolah yang sama. Namun berbeda kelas dan juga  aku merupakan seorang senior, sedang dia adalah juniorku. kami sering bertemu disebuah perpustakaan, awalnya kita tak saling mengenal. Namun lama-kelamaan karena sering bertemu kita mulai mengenal, hanya saja kita jarang berbicara. Jikapun berpapasan kata sapa "Hai" yang sering kita ucap kala bertemu.

***

Langkah kakiku terhenti didepan pintu rumah.
"Assalamualaikum..." Sambil mengetuk pintu. Tak ada respon sama sekali dari penghuni rumah.
"Assalamualaikum..." Aku mengencangkan suara dan juga menambah tenaga saat mengetuk pintu sehingga suara ketukan pintu menjadi keras. Namun tetap saja belum ada jawaban.
"Assalamualaikum..." Salamku yang ketiga kali. 
"Waalaikum salam..." Jawab penghuni rumah.
Penghuni rumahpun keluar. Ternyata yang menerima salamku adalah dek Zahra.
"Ada keperluan apa kak malam-malam begini?" Tanya dek Zahra sambil memegang HP.
"Ehm... Anu... Emmm Saya punya keperluan sama Ibu. Ibunya ada?" Seketika Aku menjadi gugup.
"Ibunya lagi keluar sama Bapak. Ayo masuk aja dulu kak sambil nunggu didalam" Jawab dek sambil mempersilahkan saya masuk.
"Kira-kira lama gak ya Ibu keluarnya?" Tanya saya sambil mempertimbangkan ajakannya.
"Gak tahu juga sih, tadi Ibu terlihat buru-buru kayaknya urusan penting. Gimana mau menunggu didalam gak?" Dek Zahra mempersilahkanku masuk.

Aku sempat terdiam sebentar, dalam hati ingin sekali masuk rumah namun dirumahnya tak ada siapa-siapa hanya ada dia seorang. Seseorang yang sangat kusukai. Ah, dia mempersilahkan masuk karena dia tak tahu bahwa aku menyukainya. Kalau tahu aku menyukainya pasti ceritanya berbeda.

Tak lama kemudian aku berkata sambil menunduk
"Tidak terimakasih. Namun boleh kan minta nomor HPnya ibu?" Sambil mengambil HP dari saku celanaku.

"Itu kak, HPnya ibu lagi di service. Nomor aku saja kak, nanti kalo Ibu berkirim pesan, lewat HPku." Dek Zahra mengotak ngatik hp dengan jari jemarinya.
"Sebentar dek, saya ambil kertas dan pulpen dahulu" Jawabku sambil mencari pulpen dan kertas dalam tas. Keberadaan dirinya sungguh menambah kegugupanku. Apalagi malam-malam begini aku berbicara berdua dengannya ditambah dirumahnya gak ada siapa-siapa.
"Kakak kenapa ditulis dalam kertas? " Tanya Dek Zahra sambil tertawa kecil.
"Kan tadi kakak memegang HP. Kan bisa nomornya ditulis langsung dalam HP" Dek Zahra manambahkan.
"Oh iya benar juga" Jawabku sambil malu. Huh mungkin saking gugupnya saya sampai gak bisa fokus begini.
"Oke siap dek. Berapa nomornya?" Tanyaku sambil siap-siap menulis nomor HP dek Zahra.
"08912345678" Mulut dek Zahra berkomat kamit, sedang saya menulis nomor yang diucapkan dek Zahra.
"Sudah kak?" Dek Zahra sambil menutup HPnya.
"Iya dek. Saya Misscall dulu yah nomer ade" Aku menghubungi nomor yang tadi ditulis.
"Oh ya ada kak. Yang ujungnya 47 kan?" Dek adek membalikan layar HPnya kehadapanku.
"Iya dek, itu nomor saya" Jawabku sambil kembali memasukan HP ke saku celana.
"Jadi kalo kapan-kapan Ibu membutuhkanku. Telpon saja nomor itu" Tambahku.
"Jadi kakak gak mau masuk dulu menunggu?" Dek Zahra bertanya untuk kesekian kalinya
"Enggak dek. Saya punya urusan lain. Saya pergi dulu yah. Assalamualaikum." Jawab saya sambil bergegas meninggalkan rumah. Terdengar jawaban salam dek Zahra bersamaan dengan suara pintu yang ditutup.

Akupun mulai menjauh dari rumah Bu Rahma yang mana anaknya merupakan seorang wanita yang kusukai sedari dulu. Hening malampun menelan kegugupanku yang selama saya berbicara dengan dek Zahra perasaan gugup menghantuiku.

***