
Coba uang receh tadi dimasukan ke celengan? Hebat bukan? Seketika celengan terasa penuh berisi dan begitu berat. Namun coba hitung isinya berapa rupiah? Sedikit bukan? Coba goyang-goyang celengannya, berisik bukan? Bising banget sampe-sampe se-Kota Kabupaten terdengar suaranya.
Sekarang coba kamu masukan uang lembar, satu aja yang 100rb rupiah ke saku celana. Meski muat banyak satu aja cukup. Coba berjalan, apakah terdengar bising? Tidak kan? Jangankan bising, bersuara aja enggak. Coba berlari lagi, apa terdengar bising? Tidak kan?
Coba uang lembar 100rb tadi dimasukan ke celengan? Hmmm terlihat masih sedikit karena masih muat banyak dan celengan masih terasa ringan beratnya. Tapi coba goyang-goyang, apakah terdengar suara? Terdengar tapi tidak bising.
Apa intinya?
Orang tak berilmu seperti uang receh tadi. Menjadi paling berisik, seolah-olah merasa paling tahu segalanya namun nyatanya tidak. Apa yang disampaikan seolah-olah paling benar, namun nyatanya belum tentu. Isinyapun kosong tak bernilai, yang penting berisik dulu biar dikira berisi. Tak berimbang memang.
Berbeda dengan orang berilmu, ia akan melembutkan suaranya dalam kondisi apapun seperti uang lembar seratus ribu tadi. Uang 100rb meski bernilai besar namun didalam celengan maupun saku celana gak terdengar bising dan tidak membuat kebisingan. Ia sadar kebenaran itu bukan yang paling lantang maupun berisik, seseorang yang membawa kebenaran akan menyampaikan kebenaran tersebut tanpa harus seperti uang receh tadi, ia akan menyampaikan dengan santun.
Jadi kamu yang mana? Termasuk yang recehan apa lembar seratus rebuan?
*******
Tulisan diatas dari perbincangan nenek gue (gw edit sedikit biar enak dibaca) sama gue sendiri mengenai suatu hal yang dianalogikannya dengan uang receh.
Bebas berkomentar asal santun dan tidak kasar. Komentar yang mengandung konten por*o dan ju*i akan dihapus. Jangan lupa juga centang kotak "notify me" supaya ada notification jika komentarnya sudah dibalas. Terimakasih :)